Kamis, 15 Oktober 2009

KOMUNIKASI, KOMUNIKASI EKSPLISIF, KOMUNIKASI IMPLISIF, dan TSD (tell, show, do) ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

KOMUNIKASI, KOMUNIKASI EKSPLISIF, KOMUNIKASI IMPLISIF,
dan TSD (tell, show, do)
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK




KELOMPOK 1:

A.A AYU RATIH STHITI 001/G/07
A.A AYU TRISNA JUNITA 002/G/07
PUTU AYU MARISA WULANDARI 003/G/07
PUTU EKA ASTARI 004/G/07
A.A MIRA WIJAYANI 005/G/07
VYNA INDRIYANTHI ADISASTRA 006/G/07
PUTRI INDRA DEWI DARSANA 007/G/07
NI MADE LISTYANTI 008/G/07
NI PUTU RISKAYANTI 009/G/07
BETY ARISANTI 011/G/07
NIKI NADIA MEYGAHYANA R. 012/G/07
PUTU PUTRA SWADHARMA 013/G/07
KOMANG SRI SUSILAWATI 014/G/07
DIAN KUSUMA RACHMAWATI 015/G/07
KADEK FRANSISKA KHARISMA O. 016/G/07
MADE ANASTASIA DWI CAHYANI 017/G/07
PANDE MADE MAHA PRASTHANIKA 018/G/07
MADE KURNIA WARDHANI 019/G/07
I.G.A.P OKA SULISTYAWATI P. 020/G/07



I GST. NGURAH AGUNG GDE DWIJA PUTRA 021/G/07
NI NYOMN AYU MAHESWARI 022/G/07
PUTU RIA PURNAMI 023/G/07
A.A GDE BAYU A.B. 024/G/07
I.G.A NGURAH IRMA CHINTYA DEWI 025/G/07
IDA AYU DWI CAHYANI PUTRI 026/G/07
MADE CHARISTA ADITYA SARI 027/G/07
PUTU ARYA SWETA WIJAYA 028/G/07
I PUTU PANDE SUMARDANA 029/G/07
ARYANI G. ABDULLAH 030/G/07
IDA AYU SUNDARI UTAMI 031/G/07
ADEVIA AYU RESTIANA 032/G/07
I NYOMAN GEDE JUWITA PUTRA 033/G/07
NI KETUT RENNY KARLINA S. 034/G/07
CITRA CINDRA NICHA T. 035/G/07
DESAK PUTU NOVITA DEWI 036/G/07
DWI RIZKA AGUSTIN 037/G/07
LUH ROSITA TRISNAWAN 038/G/07
I PUTU YUDI ARTHA KUSUMA 039/G/07




TEKNIK KOMUNIKASI DENGAN ANAK
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Menurut buku Pendidikan Kesehatan Gigi, komunikasi adalah suatu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita melalui suatu media antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami yang di dalamnya terdapat unsur sumber atau pengirim berita, pesan yang disampaikan, media atau alat, umpan balik, sasaran serta akibat.
Menurut Charles Cooley pada tahun 1909 dalam buku Kepemimpinan dan komunikasi, komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambing pikiran, bersama-sama dengan alat-alat untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegram, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasain ruang dan waktu.
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik, yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.
Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberikan perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.



Proses Komunikasi
Dalam proses komunikasi, komunikator, media, dan pesan yang disampaikan akan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sikap dari penerima pesan. Apabila komunikator mempunyai kredibilitas yang baik oleh penerima pesan, perubahan sikap akan mudah terjadi pada diri penerima pesan. Sebaliknya apabila komunikator dianggap kurang baik kredibilitasnya oleh penerima pesan, biasanya perubahan yang terjadi kemungkinan akan kecil sekali atau bahkan mungkin akan terdapat penolakan terhadap komunikator. Selain kredibilitas komunikator, terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi tingkat perubahan sikap penderita, seperti kekuatan, keatraktifan dan afiliasi kelompok.

Jenis-Jenis Komunikasi :
1. KOMUNIKASI EKSPLISIF (OBYEKTIF)
Komunikasi ekspilisit adalah komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal. Dalam hal ini, dokter gigi jangan membuat pertanyaan yang memaksa anak untuk memilih jawaban ya atau tidak, misalnya “mau, kan, kamu membuka mulut?”
Komunikasi Obyektif mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
Komunikasi Eksplisif (Objektif) merupakan komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal. Verbal communication merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan (Djoko Purwanto;1997). Seperti contoh berbicara dengan orang lain, menelepon kawan, presentasi makalah, membacakan puisi, membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Komunikasi verbal walaupun lebih kecil presentase keberhasilannya -bahkan menurut Ross hanya 35 %- dibanding komunikasi nonverbal, tetaplah dibutuhkan karena ada beberapa situasi yang tidak bisa disampaikan komunikasi kita secara nonverbal. Melalui komunikasi ini diharapkan orang akan memahami apa yang disampaikan komunikator secara apa adanya. Komunikan diharapkan membaca atau mendengar apa yang dikatakan.
Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Prakteknya, komunikasi verbal bisa dilakukan dengan cara :
Berbicara dan menulis. Umumnya untuk menyampaikan bussines message,orang cenderung lebih menyukai speaking (berbicara) ketimbang (writing ). Selain karena alas an praktis, speaking dianggap lebih mudah “menyentuh” sasaran karena langsung didengar komunikan. Namun bukan berarti pesan tertulis tidak penting. Untuk menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan memerlukan pemahaman dan pengkajian matang, diperlukan pula penyampaian writing. Semisal penyampaian bussines report. Sangat tidak mungkin jika hanya disampaikan dengan berbicara.
Mendengarkan dan membaca. Kenyataan menunjukkan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi ketimbang menyampaikan informasi. Dan aktivitas penerimaan informasi.pesan bisnis ini dilakukan lewat proses (listening) mendengarkan dan membaca (reading). Sayangnya, kenyataan juga menunjukkan, masih banyak di antara kalangan bisnis yang tidak memiliki kemampuan dan kemauan memadai untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan penting sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil yang tercerna dengan baik.
2. KOMUNIKASI IMPLISIF ( SUBYEKTIF )
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal ( bahasa), juga memakai kode implisit ( non verbal). Kode implisit ( non verbal) biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam ( silent language). Komunikasi implisit adalah informasi yang disampaikan secara non verbal seperti ekspresi wajah, tekanan suara, sentuhan tangan, ruang tunggu. Umumnya pasien anak-anak yang merasa cemas bentuk komunikasi non verbal sangat membantu
Kode implisit yang digunakan dalam berkomunikasi, sudah lama menarik perhatian para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari bidang kedokteran. Perhatian para ahli untuk mempelajari bahasa implicit diperkirakan dimulai sejak tahun 1873, terutama dengan munculnya tulisan Charles Darwin tentang bahasa ekspresi wajah manusia.
Hal menarik dari kode implicit adalah study Albert Mahradian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55%dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung percaya hal- hal yang bersifat non verbal.
Oleh sebab itu, Mark Knaff (1978) menyebut bahwa penggunaan kode non verbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk :
1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata- kata ( substitution)
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bias mengenalnya ( identity)
4. Menambah atau melengkapi ucapan- ucapan yang dirasakan belum sempurna.

Pemberian arti terhadap kode implicit sangat dipengaruhi oleh system social budaya masyarakat yang menggunakannnya. Misalnya meludah di depan orang dipandang oleh beberapa kelompok masyarakat di Asia sebagai perbuatan yang kurang terpuji. Tetapi pada suku Indian, di Amerika diartikan sebagai penghormatan, di Afrika sebagai penghinaan dan pada beberapa suku, di Eropa Timur dianggap sebagai lambing kesialan. Demikian juga halnya dengan kebiasaan mengeluarkan lidah, bagi orang Eropa dan Amerika diartikan sebagai lelucon atau ejekan, tetapi di beberapa suku tradisional di Papua Nugini dilambangkan seagai ucapan selamat datang.
Dalam kehidupan sehari- hari, kita sering kali di hadapkan pada hal- hal yang unik, seperti makin langkanya orang yang bias menganut prinsip satu kata dan perbuatan, makin banyak orang yang pintar bicara tetapi tidak disertai perbuatan yang sesuai dengan ucapannya. Ataukah kita sering dihadapkan pada sesuatu yang justru kontradiksi dengan persepsi kita. Misalnya orang cenderung menggunakan atribut tertentu justru untuk menipu orang lain.
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode implisit dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:
a. Kinesics
Ialah kode implicit yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-gerakan badan dapat dibedakan atas 5 macam yaitu:
1). Emblems
Ialah isyarat yang berarti langsung pada symbol yang dibuat oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jari V yang artinya victory(menang), mengangkat jempol yang berarti terbaik untuk orang Indonesia, tetapi terjelek bagi orang India.
2). Ilustrators
Ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu. Misalnya besarnya barang atau tinggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan.
3). Affect displays
Ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum, sinis dan sebagainya. Hamper semua bahasa di dunia melihat prilaku tertawa dan tersenyum sebagai lambang kebahagiaan, sedangkan menangis dilambangkan sebagai tanda kesedihan.
4). Regulators
Adalah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala, misalnya mengangguk tanda setuju, atau menggeleng tanda menolak.
5). Adaptory
Adalah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. Misalnya menggerutu, mengepalkan tinju ke atas meja, dan sebagainya.

Selain gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan, juga gerakan-gerakan kaki bisa memberi isyarat seperti halnya posisi duduk. Bagi masyarakat Amerika dan Eropa, posisi duduk dengan kaki menyilang di atas kaki yang lainnya atau berdiri sambil bertolak pinggang adalah hal biasa,tetapi bagi orang Indonesia hal ini dinilai sebagai perbuatan yang kurang sopan. Begitu juga halnya dengan memberi atau menerima sesuatu selamanya dilakukan dengan tangan kanan, tetapi bagi orang Eropa dan Amerika menerima dengan tangan kiri dianggap biasa saja
b. Gerakan mata
Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam member isyarat tanpa kata dan encerminan isi hati seseorang.
Mark Knapp dalam risetnya menemukan 4 fungsi utama gerakan mata:
1. Untuk memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya.
2. Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk bicara.
3. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan.
4. Sebagai pengganti jarak fisik.
c. Sentuhan (touching)
Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas 3 macam yaitu:
1. Kinesthetics
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain sebagai symbol keakraban atau kemesraan.
2. Sociofugal
Adalah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul.
3. Thermal
Adalah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yan begitu intim.
d. Diam
Sikap diam juga merupakan kode nonverbal yang mempunyai arti. Max Picard menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negative, tetapi bias juga melambangkan sikap positif.
3. KOMUNIKASI DENGAN ANAK MENGGUNAKAN KONSEP T.S.D (Tell,Show,Do)
Tell adalah memberitahukan anak tentang perawatan yang akan dilakukan.Penerangan tidak boleh diberikan terlalu panjang dan mendetail karena dapat membuat anak bingung dan dapat menimbulkan kecemasan.Penjelasan secara wajar,sederhana dan dapat dimengerti anak.
Show adalah unuk memperlihatkan beberapa bagian dari prosedur perawatan secara singkat,misalnya menunjukkan kaca mulut ,model gigi dengan tindakan perawatan.
Do adalah melakukan tindakan pada anak sesuai dengan yang diberitahukan dan perlihatkan
Teknik TSD rutin digunakan untuk memperkenalkan perawatan,biasanya pada kunjungan pertama.Oral prophylaxis dipilih sebagai perawatan yang mula-mula dilakukan untuk penerapan TSD.Tell-show-do melibatkan prosedur penjelasan verbal dalam kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak , demonstrasi visual, pendengaran, penciuman, dan taktil aspek prosedur didefinisikan dengan hati-hati, tidak mengancam pengaturan (show); dan kemudian, tanpa menyimpang dari penjelasan dan demonstrasi, penyelesaian prosedur (do).
Teknik ini digunakan dengan keterampilan komunikasi (verbal dan nonverbal) dan positifUntuk anak-anak, tantangannya adalah membuat "kirim" dimengerti, yang "show" non-mengancam, dan "melakukan" hanya sentuhan dan tekanan ringan. Menceritakan, cobalah untuk menggunakan analogi bahwa anak muda dapat mengerti. "Menghitung" gigi sambil mengucapkan angka (yaitu, "satu, dua, tiga") dapat menciptakan hubungan dengan kegiatan-kegiatan anak telah berpengalaman di rumah atau di taman kanak-kanakDalam menunjukkan, itu adalah ide yang baik untuk menutup titik pada instrumen tajam untuk menghindari menakutkan anak. Segera sebelum melakukan, sering kali membantu untuk menawarkan sebuah analogi untuk perasaan bahwa instrumen menciptakan, sekali lagi, memilih sesuatu yang jinak dalam konotasi dan di dalam pengalaman dasar anak khas zaman itu. Selingan biasanya verbal, dengan profesional kesehatan mulut berpose aliran pertanyaan tentang pakaian anak, mainan, hewan peliharaan, dan aspek-aspek lain hidupnya. Adalah penting untuk menyadari bahwa hal itu terserah pada Anda untuk menjaga pertanyaan datang dan memastikan anak tetap terganggu.
Teknik perawatan ini dapat dilakukan pada penderita autism yaitu salah satu cara pendekatan yang bias dilakukan dengan membangun kepercayaan antara dokter gigi dan pasien. Dengan kunjungan yang berulang dan pengenalan terhadap peralatan kedokteran gigi, dapat memfamiliriasasi pasien terhadap lingkungan. Hindari tindakan yang dapat menimbulkan rasa sakit pada penderita cacat, terutama penderita cacat yang mengalami gangguan mental.














DAFTAR PUSTAKA
Csngara,H. Hadied. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Hak Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2008
Effendy, Onong Uchjana. “Kepemimpinan dan Komunikasi”. Penerbit Alumni. Bandung, 1977.
Eliza, Herijulianti,dkk. “Pendidikan Kesehatan Gigi”. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007
Hayati, Retno. “Manajemen Anak pada Perawatan Gigi”. Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta, 2004.
http://open-university.co.cc/download/skom4101/m5.pdf
http://rayaudrey.multiply.com/reviews/item/8
http://one.indoskripsi.com/node/5539
http://gspotcom.blogspot.com/2009/05/perbedaan-komunikasi-verbal-dan-non.html
http://puterakembara.org/archives3/00000014.shtm
http://www.anakku.net/content/gangguan-bicara-berbahasa-dan-berkomunikasi

2 komentar: