Kamis, 10 Februari 2011

PERAWATAN PULPCAPPING, PULPEKTOMI (ENDO INTRAKANAL)

PENDAHULUAN

Perawatan endodontic adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Karena itu sebaiknya seorang klinisi (Dokter Gigi), harus mengtahui prinsip-prinsip ilmu endodontic secara benar yaitu pengetahuan mendiagnosis, cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan sisa jaringan, sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan menghindari tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan di dalam soketnya, sehingga dapat memperlambat resorpsi tulang alveolar gigi terkait. Keuntungan secara psikologis yang diperoleh adalah dapat mempertahankan gigi dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan. Mempertahankan gigi dalam keadaan vital adalah usaha perawatan yang dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut. Secara mendasar pulpa memeberi rangsangan bqakteri, kemis, toksin, dan termis serta hal lain, dengan mengadakan peradangan local. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran akar dibersihkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sebagai yang ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran diobturasi dengan baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali.

Adapun salah satu perawatan yang akan kita bahas adalah perawatan Pulcaping, Pulpektomi (Endodontik Intakanal)..


PEMBAHASAN


I. PULPCAPPING (Kaping Pulpa Indirek)

Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukkan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.

Teknik Pulp Capping ada dua:

· Indirect Pulp Capping

Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies profunda. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasanya dipakai adalah Zinc Okside Eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakkan didasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan jaringan pulpa akan berekasi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (Pulpotomi).

· Direct Pulp Capping

Direct Pulp Capping juga digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang mendalam mendekati pulpa tapi tidak ada gejala infeksi.

Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa

Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa dan selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lapisan pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.

Langkah-Langkah Pulp Capping:

  1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
  2. Isolasi gigi: Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
  3. Preparasi kavitas.: Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentikan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.
  4. Ekskavasi karies yang dalam: Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.
  5. Berikan kalsium hidroksida.: Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.








II. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula

Indikasi:

  1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.
  2. Saluran akar dapat dimasuki instrument.
  3. nan jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga apikal.
  4. Ruang pulpa kering
  5. endarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil
  6. Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang penyangga
  7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomiPembengkakan bagian bukal

Kontra Indikasi

  1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif
  2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
  3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi
  4. Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek
  5. Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang karena infeksi
  6. Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah sakit tidak mungkin dilakukan

Pulpektomi Vital

Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas kearah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :

  1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
  2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
  3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva.
  4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
  5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah.
  6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
  7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
  8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
  9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan , menggunakan jarum lentulo.
  10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
  11. kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat.
  12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.















B. Pulpektomi Devital

Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan secara pulpektomi devital ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang sudah jarang dilakukan pada gigi tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior. Pulpektomi devital masih sering dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan mempergunakan bahan devitalisasi paraformaldehid, seperti Toxavit, dan lain-lain. Bahan dengan komposisi As2O3 sama sekali tidak digunakan lagi.

C. Pulpektomi Nonvital (Endo Intrakanal)

Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran akar satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih dari satu.

Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangrene pulpa atau nekrosis.

Indikasi:

  • Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan).
  • Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.
  • Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.

Kontra indikasi:

  • Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
  • Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical.
  • Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, TBC, dan lain-lainTerdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar dibersihkan ataui sukar dilakukan tindak bedah endodonti.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :

Kunjungan pertama :
  1. Lakukan foto rontgen.
  2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
  3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi kavitas.
  4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
  5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
  6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.
  7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
  8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
  9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.

Kunjungan kedua :

1. Isolasi gigi dengan rubber dam.

2. Buang tambalan sementara.

3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.

4. Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.

5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.

6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.

Kunjungan ketiga :

1. Isolasi gigi dengan rubber dam.

2. Buang tambalan sementara.

3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.

4. Letakkan semen zinc fosfat.

5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

Teknik Pulpektomi

I.
  1. Anestesi (bila perlu) dan isolasi gigi
  2. Karies dibersihkan
  3. Outline form diperbaiki
  4. Atap pulpa dibuka sepenuhnya
  5. Preparasi biomekanis : pulpa yang mengering dibersihkan sampai sepanjang saluran akar, dan kira-kira mencapai k-file nomor 35
  6. Irigasi sebanyak-banyaknya dengan air aquades agar serpihan-serpihan dentin keluar dari saluran , lalu kemudian dikeringkan.
  7. Beri cotton pelet dengan bahan obar sterilisasi (rotation of medication) seperti CHKM, CMCP, Creosote, Cresophene dll yang ditaruh di kamar pulpa lalu tutup dengan tmpatan sementara
II.
8. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol gejala) meliputi perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan. Serta dicek dengan K-file nomor terakhir (pada waktu preparasi preparasi biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar dari saluran akar atau tidak

9. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication). Ditutup kembali dengan tumpatan sementara.

III.

10. Setelah 3 hari, kontrol gejala kembali. Jika tidak ada keluhan dari pasien maupun gigi yang sedang dirawat, maka bisa memulai dengan pengisian saluran akar dengan bahan ZnOE.

11. Isolasi terlebih dahulu.

12. Irigasi terlebih dahulu, kemudian keringkan.

13. Siapkan bahan lalu aduk dengan konsistensi kental.

14. Ambil bahan sedikit(dengan alat dycal), taruh di bagian orifice saluran akar. Dorong bahan tersebut dengan cotton pelet (kecil saja) yang dijepit dengan pinset agar masuk. Lakukan berulang-ulang sampai saluran akar tersebut penuh.

15. Jika sudah penuh, maka bersihkan kamar pulpa dari ZnOE . Tutup bagian orifice dengan Zinc Pospat setinggi kira-kira 1mm.

IV.

16. Jika kontrol gejala juga tidak menunjukkan kelhan setelah pengisian, maka bisa dilakukan tumpat tetap dengan GIC IX. Gigi tersebut dibangun selayaknya gigi sehat.

17. Cek oklusi.

18. Restorasi bila perlu.

Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa factor mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan

Faktor Patologis

Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah :

1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal

Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.

3. Keadaan periodontal

Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.

4. Resorpsi internal dan eksternal

Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.

Faktor Penderita

Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut :

1. Motivasi Penderita

Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi.

2. Usia Penderita

Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya.

3. Keadaan kesehatan umum

Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis.

Faktor Perawatan

Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar bergantung kepada :

1. Perbedaan operator

Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif.

2. Teknik-teknik perawatan

Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula.

3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.

Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh.

Faktor Anatomi Gigi

Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan :

1. Bentuk saluran akar

Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis.

2. Kelompok gigi

Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior.

3. Saluran lateral atau saluran tambahan

Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal.
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir.

Kecelakaan Prosedural

Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya :

1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.

Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran . Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok.
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai.

2. Instrumen patah

Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi.

3. Fraktur akar vertikal

Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan,dapat disimpulkan bahwa perawatan endodontik(pulpcapping,pulpektomi,endo intrakanal) sangat penting dilakukan untuk mencegah gigi agar tidak dicabut dan gigi dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan .Selain itu usaha perawatan yang dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.

Louis I. Grosssman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: EGC.

(http://cumamutiara.blogspot.com/2009/04/macam-macam-perawatan-pulpa_22.html)

(http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/analisis-jangka-pendek-pulpa-gigi.html)

(http://gigidanmulutsehat.blogspot.com/2009/08/pulpektomi.html)

http://www.dentalfind.com/glossary/pulp-cap.html

http://www.indahmuhariani.com/pulpektomi-pada-anak2/

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/07/27/Kesehata/kes01.htm

resources.unpad.ac.id/.../PENATALAKSANAAN%20NURSING%20MOUTH%20CARIES.pdf

oleh TEMAN-TEMAN CANINUS "tunjukkan taringmu"

  1. (028/G/07) Putu Arya Swetawijaya
  2. (029/G/07) I Putu Pande Sumardana
  3. (030/G/07) Ariyani G. Abdullah
  4. (031/G/07) Ida Ayu Sundari Utami
  5. (032/G/07) Adevia Ayu Restiana
  6. (033/G/07) I Nym Gede Juwita Putra
  7. (034/G/07) Ni Ketut Renny K S
  8. (035/G/07) Citra Cindra Nicha T
  9. (036/G/07) Desak Putu N Dewi
  10. (037/G/07) Dwi Rizka Agustin
  11. (038/G/07) Luh Rosita Trisnawan
  12. (039/G/07) I Putu Yudi Artha Kusuma
  13. (040/G/07) Pande Ayu Wulan Paramita



Rabu, 30 Desember 2009

space maintainer

ini saya mengopi dari http://nuramalji.blogspot.com/2008/12/space-maintainer.html

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi sulung memiliki peranan yang penting bagi anak sehingga keberadaannya harus bisa dipertahankan pada kondisi sehat. Jika situasi yang ada menyulitkan upaya mempertahankan gigi sulung, misalnya ada penyakit gigi yang parah, maka pada beberapa kasus, gigi susu dapat dibiarkan tanggal tanpa menimbulkan efek yang buruk terhadap perkembangan oklusal. Pada kasus yang lain, tanggalnya gigi sulung dapat berakibat buruk pada terhadap perkembangan oklusal. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk mempertahankan gigi atau memasang space maintainer.1,2

Kehilangan gigi sulung secara prematur akan mengakibatkan gigi tetangganya bergeser karena adanya gaya ke mesial dari gigi posterior yang erupsi pada anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Kehilangan gigi sulung dan kegagalan untuk menjaga ruang tersebut selama masa pertumbuhan dan perkembangan akan mempengaruhi oklusi normal pada gigi permanennya. Karena itu, penggunaan space maintainer diharapkan dapat mempertahankan ruang bekas pencabutan sehingga calon gigi yang akan tumbuh di tempat tersebut dapat tumbuh dengan benar.1

Selain karena premature ekstraksi, space maintainer juga digunakan pada keadaan dimana gigi sulung tanggal pada waktunya akan tetapi pada pemeriksaan rontgent foto, diketahui bahwa gigi permanen penggantinya masih jauh. Adapun penyebab erupsi gigi permanen yang lambat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain asupan nutrisi yang kurang dan adanya kelainan sistemik.2

Alat yang digunakan untuk menjaga ruang akibat kehilangan dini gigi sulung ialah space maintainer, yaitu alat yang dipasang diantara dua gigi. Penggunaan alat ini memerlukan perhatian yang lebih dari dokter maupun pasien agar keberhasilan perawatan dapat dicapai.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PREMATURE EKSTRAKSI PADA GIGI SULUNG

Gigi manusia tumbuh di dalam suatu lengkung rahang, satu sama lain saling berdampingan dengan rapat, namun tidak berdesakan. Gigi manusia bukan tulang yang tumbuh melekat menjadi satu dengan rahang. Gigi tumbuh dan menempel pada tulang rahang dengan perantaraan jaringan penyangga gigi atau jaringan periodontal. Karena struktur itu, gigi normal dapat bergerak, bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan kemiringan tidak lebih dari satu derajat. Walaupun dapat bergerak, gigi-geligi dapat saling mengunci sehingga secara bersama-sama dapat menahan beban kunyah yang berat sekalipun.1

Gigi mengalami pertumbuhan ke arah vertikal. Misalnya pada gigi bawah tumbuh ke atas, gigi atas tumbuh ke bawah, sampai kedua gigi atas dan bawah saling berkontak. Demikian pula dengan pergerakan ke samping, jika gigi tidak mempunyai sandaran atau gigi di samping kiri-kanannya yang merapat erat dengan gigi tersebut, pada saat gigi menerima beban, gigi akan condong ke arah menjauhi beban. 1

Hal ini menyebabkan gigi akan miring atau lama-kelamaan bergeser dari tempatnya. Sebagai contoh, jika gigi nomor lima dicabut dan tempatnya kosong, maka saat menerima beban kunyah, gigi nomor enam akan cenderung condong secara permanen ke ruang kosong gigi nomor lima. Akibatnya, gigi yang akan tumbuh menggantikan gigi nomor lima tertutup gigi nomor enam yang miring. 1

Berikutnya, gigi pengganti akan tumbuh tidak normal. Misalnya miring, berputar, atau gingsul. Kondisi gigi nomor enam yang miring atau berpindah tempat inilah yang dicegah dengan pemasangan space maintainer yaitu alat yang digunakan untuk menjaga ruang akibat kehilangan dini gigi sulung, alat ini yang dipasang diantara dua gigi.1

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa gigi sulung tidak hanya berfungsi untuk mengunyah makanan, tetapi juga sebagai penunjuk jalan bagi pertumbuhan gigi permanen yang akan menggantikannya. Jika gigi sulung tercabut terlalu cepat, gigi permanen akan kehilangan arahnya sehingga erupsinya dapat terganggu.2

2.1.1 Sebab Tanggalnya Gigi Sulung

Tercabutnya gigi sulung yang terlalu cepat dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain: 2,3

· tercabutnya gigi sulung karena terjatuh atau kecelakaan

· adanya penyakit atau kondisi yang menjadi penyebab premature ekstraksi

· karies besar pada gigi yang tidak bisa dirawat lagi

· resorpsi terlalu dini dari akar-akarnya

2.1.2 Akibat Tanggalnya Gigi Sulung4

a. Tanggalnya gigi insisivus sulung

Pada keadaan crowded tanggalnya gigi seri susu yang karies berpengaruh terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang dapat terjadi. Bila gigi seri sulung tanggal karena benturan maka pergeseran atau luka dari gigi pengganti dapat terjadi.

b. Tanggalnya gigi kaninus sulung

Tanggalnya gigi kaninus yang terlalu cepat dapat diikuti dengan hilangnya ruang. Tanggalnya gigi kaninus secara dini terutama pada rahang bawah, dapat menimbulkan resorpsi akar gigi insisivus lateralis permanent yang crowded. Keadaan ini seringkali unilateral sehingga gigi insisivus yang crowded tergeser ke sisi tersebut dengan disertai pergeseran garis tengah. Keadaan ini merupakan akibat paling serius dari tanggalnya gigi kaninus sulung karena dapat menyebabkan oklusi yang tidak simetris.

c. Tanggalnya gigi molar sulung

Tanggalnya gigi molar kedua sulung yang terlalu cepat mengakibatkan pergerakan ke depan dari gigi molar pertama tetap yang menutupi ruang untuk erupsi gigi premolar tetap. Tanggalnya gigi molar pertama sulung juga menyebabkan hilangnya ruang untuk erupsi gigi premolar tetap, sebagian karena pergeseran ke depan dari gigi belakang dan sebagian karena crowded gigi insisivus seperti pada kaninus sulung.

2.1.3 Efek Tanggalnya Gigi Sulung Secara Dini

2.1.3.1Efek terhadap fungsi dan kesehatan rongga mulut

Tanggalnya gigi-gigi sulung yang terlampau cepat bisa mempengaruhi fungsi mastikasi, karena dengan hilangnya gigi geligi lengkung rahang maka tekanan kunyah akan berkurang. Tanggalnya gigi anterior pada gigi sulung yang terlalu cepat juga bias mempengaruhi fungsi bicara yaitu penyebutan huruf-huruf tertentu menjadi terganggu, tanggalnya gigi anterior juga mempengaruhi fungsi estetik karena akan mempengaruhi penampilan anak. Pengaruh tanggalnya gigi sulung terhadap kesehatan rongga mulut yaitu, menghilangkan daerah penimbunan makanan dan sepsis oral, selain itu tanggalnya gigi sulung terutama gigi molar bisa mempengaruhi insiden karies bagi gigi-gigi yang tersisa.5

2.1.3.2 Efek psikologis terhadapanak dan orangtua

Tanggalnya gigi sulung terutama gigi anterior akan mengubah penampilan anak, sehingga akan menimbulkan efek psikologis yang tidak diinginkan yaitu anak-anak menjadi kurang percaya diri dan merasamalu karena giginya ompong. Tanggalnya gigi sulung yang terlampau cepat dianggap oleh orang tua sebagai kegagalan, terutama bila sudah dilakukan upaya untuk mempertahankan gigi geligi tersebut.5

2.1.3.3 Efek terhadap gigi-gigi tetap

Efek yang paling penting dari tanggalnya gigi geligi sulung yang terlalu cepat adalah penutupan ruang pada lengkung rahang, sehingga gigi pengganti tidak mempunyai tempat untuk erupsi.5 Tanggalnya gigi sulung pada lengkung rahang yang sempit akan menimbulkan sususnan yang berjejal pada gigi pengganti, oleh sebab itu perlu dipertimbangkan untuk melakukan pencabutan keseimbangan atau pemasangan alat space maintener.5

2.2 ANALISIS YANG DIGUNAKAN PADA PENERAPAN SPACE MAINTAINER

Ada dua metoda penilaian yang umum digunakan, yaitu pengamatan langsung dan analisis gigi bercampur.6

2.2.1 Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung dari ukuran lengkung rahang atau ruang tempat mana gigi tetap yang akan bererupsi dapat dilakukan dengan melihat langsung ukuran gigi-gigi sulung dalam mulut anak sehingga dapat diperkirakan ukuran gigi pengganti. (lysell&Myberg,1982). Penilaian potensi ruang dengan pengamatan langsung dapat juga dilakukan dengan bantuan foto rontgen dari gigi-gigi yang belum bererupsi yang dapat menunjukkan ukuran lengkung gigi dari gigi pengganti.6

2.2.2 Analisis Gigi-geligi Campuran

Analisis gigi-geligi campuran dilakukan untuk mengukur ruang yang ada dalam mulut anak dan membandingkan dengan ruang yang diperlukan untuk erupsi yang sesuai dari gigi permanen. Ruang paling penting yang harus dipertimbangkan dalam analisis manapun adalah ruang yang ditempati oleh gigi kaninus, premolar satu dan premolar dua. Sebagai pedoman umum, ruang untuk gigi-gigi kaninus dan premolar permanen atas kurang lebih 23,0 mm dan 21,0 mm untuk RB. Ada beberapa metode analisa gigi geligi campuran yang sering digunakan diantaranya adalah: analisis Moyers dan analisis Nance. Penggunaan analisis ruang cara Moyers pada masa gigi-geligi campuran membuat dokter gigi dapat bertindak secara dini untuk memecahkan beberapa masalah yang dapat diatasi dengan prosedur interseptif seperti space maintainer.6,7

Pemakaian sistem analisa ini memungkinkan dokter gigi untuk:8

1. Memprediksikan kemungkinan pengaturan gigi-gigi permanen dalam ruang lengkung yang ada.

2. Memprediksikan seberapa besar ruang yang dibutuhkan untuk mencapai pengaturan yang baik.

ANALISIS GIGI BERCAMPUR

Terdapat beberapa metode perhitungan yang digunakan dalam analisis periode gigi bercampur, yaitu :9

1. Metode Nance

2. Metode Moyers

3. Metode Huckaba

4. Metode Johnson dan Tanaka

A. Metode Nance

· 1934, Pasadena, California, Amerika Serikat

· Dasar : Adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi desidui dengan gigi pengganti.

· Tujuan : Untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh memiliki cukup ruang, kekurangan ruang, atau kelebihan ruang.

Gigi-gigi yg dipakai sbg dasar :

c m1 m2 dan gigi pengganti 3 4 5

· Lee Way Space : selisih ruang anterior ruang yang tersedia dan ruang yang digunakan

Masing-masing sisi rahang atas 0,9 mm dan rahang bawah 1,7 mm.

B. Metode Moyers

Metode Moyers diuraikan oleh Oleh: Moyers, Jenkins, dan staf Ortodonsi Universitas Michigan. Pada analisis ini, sebelum menempatkan space mainteiner atau memulai pergerakan gigi, dokter gigi harus mengevaluasi panjang lengkung gigi secara menyeluruh. Hal ini sangat penting selama pertumbuhan gigi permanen dan periode gigi bercampur. Pada analisis Moyers harus diperhatikan mengenai panjang lengkung dan ukuran dari gigi geligi.7,9

Analisis Moyer memilki beberapa manfaat. Analisis ini didasarkan pada ukuran gigi baik salah satu gigi maupun sekelompok gigi dan memperkirakan secara akurat ukuran gigi yang lain pada mulut. Gigi insisivus rahang bawah, erupsi lebih awal pada pertumbuhan gigi bercampur dan mungkin diukur secara akurat.7

· Keuntungan :

- Kesalahan sedikit dan ralat kecil sehingga diketahui dengan tepat.

- Dapat dikerjakan ahli atau bukan ahli

- Tidak butuh banyak waktu

- Tidak perlu alat khusus

- Dapat dikerjakan dalam mulut atau model

- Baik pada rahang atas atau rahang bawah.

· Dasar : adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain

· Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman

21 12

Alasan :

1. Gigi tetap yang tumbuh paling awal

2. Mudah diukur dengan tepat pada intraoral/extraoral

3. Ukuran tidak bervariasi banyak dibandingkan pada rahang atas

· PROSEDUR

A. Siapkan:

- model RA & RB

- jangka sorong

- tabel kemungkinan

B. RB: misal sisi kanan dulu

1. Ukur lebar mesiodistal 21 12, jumlahkan

2. Tentukan jumlah ruang yang diperlukan jika gigi tersebut diatur dalam susunan yang baik,

caranya: beri tanda, cari ruang yang disediakan untuk c m1 m2 sisi kanan atau kiri, berapa ruang 3 4 5 yang seharusnya, lihat tabel rahang atas, bandingkan, kemungkinan hasilnya.

· Perbedaan:

1. Tabel kemungkinan dipakai rahang atas

2. Overjet harus dipertimbangkan

C. Metode Huckaba

untuk mengkompensasi karena pembesaran bayangan gigi pada roentgen foto maka diusulkan rumus untuk menentukan ukuran mahkota gigi permanen yang belum erupsi dengan roentgen foto sebagai berikut :

x = y

x’ y’

dimana,

y’ = lebar gigi sulung yang diukur pada X-ray film

y = lebar gigi sulung yang sama yang diukur pada studi model atau dalam mulut

x’ = lebar gigi permanen pengganti pada X-ray film

x = lebar sebenarnya gigi permanen yang belum erupsi

D. Metode Johnson dan Tanaka

Tujuan dari analisis ini, yaitu :

Untuk menganalisis lebar lengkung gigi (merupakan variasi dari metode Moyers)

PROSEDUR

- Ukur jumlah mesiodistal empat gigi insisivus rahang bawah

- Lalu gunakan rumus :

jumlah mesiodistal empat gigi insisivus rahang bawah = X

2

Jadi, Available space RB = X+10,5 mm

Available space RA = X+11mm

2.3 SPACE MAINTAINER

Premature ekstraksi memerlukan penanganan yang tepat dan terapi yang terbaik ialah penggunaan space maintainer. Space maintainer yaitu alat yang digunakan untuk menjaga ruang akibat kehilangan dini gigi sulung, alat ini yang dipasang diantara dua gigi. Meskipun berguna dalam mempertahankan ruang bekas pencabutan tetapi penggunaan space maintainer terkadang menimbulkan kerusakan pada jaringan lunak mulut terutama pada penggunaannya dalam waktu yang lama Karena itu, indikasi dan kontra indikasinya harus diperhatikan dengan baik agar perawatan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.1,2,10

2.3.1 FUNGSI

Fungsi dari space maintener adalah:11

1. Mencegah pergeseran dari gigi ke ruang yang terjadi akibat pencabutan dini.

2. Mencegah ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang dicabut dini.

3. Memperbaiki fungsi pengunyahan akibat pencabutan dini.

4. Memperbaiki fungsi estetik dan bicara setelah pencabutan dini.

2.3.2 INDIKASI

Indikasi penggunaan space maintainer antara lain:1

1. Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap erupsi menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan masih terdapat ruang yang memungkinkan untuk gigi permanennya.

2. Jika ada kebiasaan yang buruk dari anak, misalnya menempatkan lidah di tempat yang kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer ini dapat diinstruksikan sambil memberi efek menghilangkan kebiasaan buruk.

3. Adanya tanda-tanda penyempitan ruang

4. Kebersihan mulut (OH) baik.

Adapun waktu yang tepat penggunaan space maintainer adalah segera setelah kehilangan gigi sulung. Kebanyakan kasus terjadi penutupan ruang setelah 6 bulan kehilangan gigi.

2.3.3 KONTRA INDIKASI

Adapun kontra indikasi space maintainer antara lain:1

1. Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan erupsi.

2. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen

3. Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi

4. Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan pencabutan dan perawatan orthodonti

5. Gigi permanen penggantinya tidak ada

Pada beberapa keadaan penggunaan space maintainer tidak diaplikasikan pada anak, yaitu:11

Jika gigi yang tanggal sebelum waktunya adalah gigi insisivus decidui, maka pemasangan space maintainer tidak perlu karena pertumbuhan daerah ini ke arah transversal sangat laju dan pergeseran gigi-gigi kaninus ke arah mesial hampir tidak ada.

a. Jika tonjolan dan dataran inklinasi dari gigi-gigi di samping gigi yang dicabut itu sudah mengunci sedemikian rupa sehingga pergeseran ke arah tempat yang kosong itu sudah dengan sendirinya terhalang.

b. Jika pergeseran ke arah tempat yang kosong itu dapat memperbaiki oklusi dari molar pertama permanen

c. Jika pergeseran ke tempat yang kosong dapat memperbaiki adanya gigi depan yang crowded

d. Pada anak dengan usia yang masih sangat muda sehingga sulit kerjasama dengan dokter gigi.

2.3.4 SYARAT-SYARAT SPACE MAINTAINER

Syarat suatu space maintainer adalah:1

* dapat menjaga ruang dimensi proksimal

* tidak menggangu erupsi gigi antagonisnya

* tidak menggangu erupsi gigi permanen

* tidak mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan fungsi pergerakan mandibula

* dapat mencegah ekstrusi gigi lawan

* tidak memberikan tekanan abnormal pada gigi penyangga

* tidak mengganggu jaringan lunak

* disain yang sederhana, ekonomis dan mudah dibersihkan.

2.3.5 MACAM-MACAM BENTUK SPACE MAINTAINER

Ada berbagai macam tipe space maintainer, yang secara umum bisa dikelompokkan menjadi dua katagori, lepasan dan cekat. Space maintainer lepasan (Gambar 1.1) bisa digunakan untuk periode yang relatif singkat, biasanya sampai 1 tahun. Space maintainer cekat (Gambar 1.2), jika didesain dengan baik, akan tidak begitu merusak jaringan rongga mulut dibandingkan dengan space maintainer lepasan, dan kurang begitu mengganggu bagi pasien. Oleh karena itu, alat ini dapat digunakan untuk waktu yang lebih panjang, biasanya sampai 2 tahun.5,10






Gbr 1.1. Space Maintainer Lepasan Gbr 1.2. Space Maintainer Cekat

Penggunaan space maintainer yang lama dapat berdampak buruk pada kesehatan mulut, karena itu apapun jenis space maintainer yang digunakan, efeknya terhadap kesehatan rongga mulut perlu mendapat perhatian khusus.5

2.3.5.1 Space Maintainer Lepasan

Alat ini digunakan khusus bila gigi hilang dalam satu kuadran lebih dari satu gigi. Alat lepasan ini sering merupakan satu-satunya pilihan karena tidak adanya gigi penyangga yang sesuai untuk alat cekat. Alat ini dapat ditambahkan gigi-gigi artificial untuk mengembalikan fungsi estetik.13

Alat ini digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah dimana telah kehilangan gigi bilateral lebih dari satu, alat ini juga digunakan pada kasus tanggalnya gigi M2 sulung sebelum erupsi M1 permanen. space maintainer GTS memiliki konstruksi yang sederhana, pergerakan fungsional baik dan biaya yang relatif murah. Pembersihan GTS dan gigi yang tepat penting untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya lesi karies yang baru, alat space maintainer lepasan dari berbagai tipe tidak boleh dianjurkan untuk pasien anak yang mempunyai masalah karies dan kebersihan mulut yang jelek. Masalah yang sering timbul dari pemakaian alat ini adalah malasnya anak memakai alat sehingga fungsi space maintainer tidak tercapai dan alat jarang dibersihkan sehingga menyebabkan iritasi jaringan mulut.

2.3.5.2 Space Maintainer Cekat

Ada beberapa macam jenis space maintainer cekat yang sering digunakan dalam klinik, yaitu: band-loop, Crown-loop, distal shoe, dan lingual arch.13

2.3.5.2.1 Band and loop space maintainer

Band and loop dirancang untuk mempertahankan ruang dari tanggalnya satu gigi dalam satu kuadran. Alat ini digunakan pada kasus tanggalnya gigi molar satu sulung dan molar dua sulung secara dini untuk mencegah migrasi ke mesial yang berhubungan dengan erupsi gigi molar satu permanen, selain itu alat ini juga digunakan pada kasus tanggalnya gigi kaninus sulung secara dini untuk mencegah pergerakan insisivus lateral permanen.

Band and loop ini lebih disukai karena proses pembuatannya lebih mudah, waktu kerja yang singkat, tidak perlu dilakukan anestesi terlebih dahulu untuk pemasangan band karena tidak ada preparasi yang dilakukan pada gigi, pengaplikasiaannya mudah dan lebih ekonomis.




Gbr 1.3. Band-loop Space Maintainer

2.3.5.2.2 Crown-loop Space Maintainer

Jenis crown loop ini biasa digunakan pada kasus:

1. gigi abutment bagian posterior mengalami karies yang luas dan memerlukan restorasi mahkota.
2. gigi abutment pernah mendapatkan perawatan pulpa yang mana dalam kasus mahkota perlu dilindungi secara menyeluruh.

Gbr 1.4. Crown-loop Space Maintainer

Keuntungan:

* konstruksinya tampak lebih ringan

* ekonomis

* memperbaiki fungsi kunyah

* tidak menghalangi over erupsi gigi antagonis

2.3.5.2.3 Distal Shoe Space Maintainer

Alat ini digunakan dimana molar dua sulung hilang sebelum erupsi molar satu permanen. Fungsinya adalah untuk menuntun erupsi dari molar pertama permanen ke posisinya yang normal dalam lengkung rahang.

Adapun kontraindikasi dari penggunaan alat ini ialah pada pasien dengan oral hygiene yang jelek, pada keadaan dimana hilangnya beberapa gigi sehingga abutment akan kurang mendukung alloy yang disemen, dan kurangnya kerja sama dari pasien dan orang tua.

Gbr 1.5. Crown-loop Space Maintainer

Pada keadaan saat distal shoe merupakan kontra indikasi, perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat yang removable atau cekat yang tidak memasuki jaringan tetapi memberi tekanan pada ridge mesial molar permanen yang belum erupsi.

2.3.5.2.4 Lingual Arch




Gbr 1.6. Space maintainer lingual arch

Space maintainer lingual arch terbagi atas dua, yaitu:

1. Lingual arch pasif

Merupakan space maintainer pilihan setelah kehilangan banyak gigi pada lengkung RA/RB, terutama jika insisivus permanen RB terlihat crowded. Alat ini digunakan sebagai space maintainer bilateral cekat pada RB dan bersifat pasif karena tidak dapat diatur begitu disemen pada molar dua sulung.

Adapun keuntungan dari alat ini yaitu karies gigi rendah, ekonomis, dan adaptasi dengan pasien lebih baik.

b. Alat Nance rahang atas

Alat Nance digunakan ketika satu atau lebih molar susu tanggal secara dini pada rahang atas. alat ini didesain seperti pada lingual arch soldering kecuali pada bagian anterior kawat tidak menyentuh permukaan lingual pada gigi depan atas, kawat lingual dapat mengikuti bentuk palatum dan kawat yang digunakan berukuran 0.025 inchi.

pada penggunaan space maintainer jenis lingual arch ini pasien harus diperiksa secara periodic untuk memastikan bahwa kawat lingual tidak mengganggu erupsi dari gigi C dan P, serta tidak mengganggu jaringan palatum.

2.4 KONTROL DAN INSTRUKSI PADA PASIEN

Pemasangan space maintainer memerlukan perhatian khusus dari dokter gigi, pasien maupun orang tua dari pasien. Rencana perawatan ditentukan sesuai dengan diagnosis. Setelah pasien diberikan pendidikan kesehatan gigi dan oral propilaksis, dokter gigi segera melakukan perawatan pada pasien. Dokter gigi juga melakukan pencetakan sebagai pedoman untuk pembuatan alat. Pada kunjungan selanjutnya dilakukanlah pemasangan alat. Pasien diminta untuk datang kontrol satu minggu kemudian. Setiap pasien datang kontrol dilakukan pemeriksaan keutuhan space maintainer, kondisi gigi penyangga dan gingivanya. Pasien diinstruksikan untuk terus menjaga kebersihan mulutnya dan dokter gigi juga melakukan oral profilaksis. 1

Perawatan yang dapat dilakukan antara lain:1

1. aplikasi florida topical untuk mencegah karies dan dekalsifikasi gigi

2. penyemenan ulang band molar dengan interval enam bulan

3. pemeriksaan foto rontgen untuk melihat reaksi jaringan pada pemasangan alat

4. skeling dengan hati-hati pada gigi yang memiliki karang gigi

5. pengangkatan debris dan pembersihan poket

6. penggunaan sikat gigi yang lunak untuk menghilangkan sisa-sisa makanan dan dental plak

7. kontrol tiap empat bulan
BAB III
PENUTUP

Tanggalnya gigi sulung sebelum waktunya disebut premature ekstraksi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut antara lain tercabutnya gigi sulung karena terjatuh atau kecelakaan (trauma) , adanya penyakit atau kondisi tertentu, karies besar pada gigi yang tidak bisa dirawat lagi, resorpsi terlalu dini dari akar-akarnya.

Premature Ekstraksi meninggalkan ruang bekas pencabutan yang dapat menyebabkan keadaan abnormal pada gigi di sekitarnya termasuk gigi permanen yang akan erupsi. Ruang bekas pencabutan ini dapat dipertahankan dengan menggunakan alat yang disebut space maintainer. Meskipun berguna dalam mempertahankan ruang bekas pencabutan, penggunaannya dalam waktu yang lama terkadang menimbulkan kerusakan jaringan lunak pada mulut. Oleh sebab itu, penting untukmengetahui indikasi dan kontra indikasi dari alat ini agar diperoleh hasil perawatan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hprimaywati. Diakses pada tanggal 04 September 2008. Laporan Kasus Space Maintainer. www.google.com/search/Spacemaintainer.

2. http://www.colgate.com/app/Colgate/US/OC/HomePage.cvsp

3. Linden Vander. Perkembangan Gigi Geligi. Bina Cipta:Jakarta;1984.

4. Houston WJB. Diagnosis orthodonsi. Ed. 3.Alih bahasa Lilian Y. EGC:Jakarta;1989.p. 79.

5. Foster, T.D. Buku ajar ortodonsi. Ed 3rd. EGC : Jakarta;2000.

6. Tim Penyusun Buku Ajar Ortodonsia III Buku ajar ortodonsia III kgo III. Available from www.google.com/search/Spacemaintainer. Diakses pada tanggal 04 September 2008.

7. McDonald, Ralph.E. Dentistry for the child and adolescent. The CV Mosby Company: St. Louis;1987.

8. Sim JM. Minor tooth movement in children. Ed.3rd. The CV Mosby:St.Louis;1977.

9. Emergency Dental Health. Available from www.google.com. Diakses pada tanggal 20 November 2008.

10. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan Gigi Anak Edisi ke2. Widya Medika:Jakarta;1992.

11. Moyers, RE. Handbook of Orthodontics for the Student and General Practitioner. Year BookMedical Publishers Incorporated: Chicago; 1972.

12. Mundiyah, Mokhtar. Dasar-dasar orthodonsi (pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial). Bina Insani Pustaka:Jakarta;2002.

13. Graber TM. Orthodontict principles and practice. Ed3rd. W.B. Saunders Co:Philadelphia;1972.

Kamis, 15 Oktober 2009

GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK

GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK

I. Pendahuluan
Yang termasuk gangguan komunikasi adalah berbagai masalah dalam berbahasa, berbicara dan mendengar. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), aphasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak), dan keterlambatan dalam bicara dan atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.
Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukungnya seperti fungsi otot mulut (oral motor) dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) , sampai dengan ketidak mampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidak mampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk bicara atau makan.
Di Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi adalah sekitar 5% anak usia sekolah, yang meliputi gangguan suara sebanyak 3% dan gagap 1%. Insidens anak usia sekolah dasar yang mengalami gangguan artikulasi adalah sekitar 2-3% walaupun persentasinya menurun dengan bertambah maturnya usia anak. Perkiraan terjadinya gangguan pendengaran juga bervariasi, namun berkisar 5% dari usia anak sekolah. Penelitian hal serupa di Indonesia belum ada.

II. Pembahasan

1. Penyebab gangguan komunikasi pada anak
Dilihat dari penyebabnya: gangguan komunikasi bisa disebabkan oleh gangguan pada masalah memproduksi kata-kata karena motorik mulut, gangguan pada pendengaran sehingga tidak bisa mendengar kata apalagi mengingat kata-kata dengan jelas, tidak memahami arti kata-kata dan mengasosiasikan dengan situasi, dan lingkungan tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara atau mengembangkan kemampuan bicaranya.
Untuk penyebab yang pertama, biasanya di dalam speech therapy akan ditangani dengan pendekatan tertentu dilihat dari kebutuhan anak, pendekatan tersebut dapat berupa blowing atau oral motorik yang lain. Sedangkan penyebab kedua, biasanya diperiksa dulu pendengarannya,....atau umumnya anak-anak yang mengalami pendengaran lebih banyak belajar melalui visual (visual learning. Pada penyebab yang ketiga, ditangani dengan cara mengajari meaning kata, faktor lingkungan adalah faktor terakhir tapi sekaligus menopang seluruh faktor di atas bisa efektif, dan bisa ditangani melalui pendekatan functional comunication yang bisa di set up situasinya oleh lingkungan, dan bisa secara praktis dilakukan orang tua.

2. Dampak gangguan komunikasi
Banyak gangguan komunikasi terjadi sebagai akibat dari kondisi lain seperti gangguan belajar (learning disability), palsi serebral (cerebral palsy), keterbelakangan mental (mental retardation), celah bibir, atau celah langit-langit mulut.
3. Penanganan gangguan komunikasi pada anak
Cara praktis menciptakan situasi untuk menciptakan "functional comunication" adalah sebagai berikut:
1. Cari tahu hal yang paling menyenangkan buat anak, misalkan anak suka nonton film teletubis. Hal tersebut bisa digunakan untuk dijadikan situmulus untuk mengajari anak "functional comunication".
2. Mengetahui kemampuan anak untuk berkomunikasi sampai sejauh mana, dan kemudian ditetapkan target respon yang diharapkan. Misalkan, kalau anak belum sama sekali berkomunikasi maka target perilaku komunikasi yang diharapkan adalah menunjuk/komunikasi bahasa tubuh dulu. Bila anak sudah bisa berbicara, maka targetnya adalah mengucapkan satu kata, dua kata, dan sebagainya.
3. menciptakan situasi dimana anak harus mengkomunikasikan apa yang dinginkan kepada orang lain. Misalkan, saat dia ingin menonton "teletubies", kita letakan kaset telutubies favoritenya di tempat yang anak tidak bisa menjangkaunya, kemudian minta dia untuk menunjuk ketempat kaset diletakan, atau bilang"minta" kepada kita bila dia ingin kaset tersebut, dan sebagainya, sesuai dengan target perilaku komunikasi yang sudah ditetapkan pada point 2. Pada awalnya, kita bantu dengan prompt verbal atau prompt model sehingga anak menerima pembelajaran "functional komunikasi" ini dengan bersih. Anak menerima pesan, bila dia ingin sesuatu dia harus mengatakan keinginannya pada orang lain dalam bentuk bahasa tubuh atau verbal, dan kedua menghindari anak "tantrum"(luapan emosi yang meledak – ledak) karena memang belum mengerti apa yang kita inginkan darinya. Bantu anak pada awalnya, bila anak bisa mengikuti target perilaku komunikasi yang kita mau, berikan apa yang diminta, kemudian puji anak sebagai penghargaan yang memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama. Setelah itu, dicoba satu kali lagi tanpa dibantu untuk memastikan apakah anak mengerti pesan atau keinginan anak tersebut. Bila anak bisa, berikan dia penghargaan yang lebih besar lagi, seperti sorakan dan sebagainya. Bila anak tidak bisa cukup bilang "coba lagi ya?!", setelah itu bantu anak sekali lagi, agar anak tidak "frustrasi". Sebisa mungkin buat situasi menyenangkan bagi anak.
4. Pastikan dalam setiap situasi yang diciptakan, anak bekerja dengan bersih, termasuk kontak mata, bahasa tubuh yang dimaksud, artikulasi kata, dan sebagainya.
5. Evaluasi kemampuan anak, kemudian kembangkan "functional comunication" ini seterusnya. Misalkan, yang tadi hanya menunjuk, selanjutnya harus mengatakan benda yang dimaksud, atau yang tadinya satu kata, harus bisa dua kata "minta kaset" dan sebagainya. Dengan begitu anak akan tertantang terus untuk berkomunikasi.
6. Yang terpenting adalah konsisten dalam menjalankan. Dalam arti semua orang dalam keluarga harus memperlakukan hal yang sama untuk anak, jadi anak mengerti itu adalah aturan main yang harus dia lakukan bila menginginkan sesuatu.
Dalam usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim yang solid yang terdiri dari guru, speech language pathologist, audiologist, dan orang tua tentunya. Namun sebelumnya dokter anak akan mengidentifikasi gangguan komunikasi apa yang dialami anak tersebut, salah satunya dengan mencek fungsi pendengaran anak bekerja sama dengan dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorok.


III. Penutup
Gangguan komunikasi adalah berbagai masalah dalam berbahasa, berbicara dan mendengar. Gangguan komunikasi bisa disebabkan oleh gangguan pada masalah memproduksi kata-kata karena motorik mulut, gangguan pada pendengaran sehingga tidak bisa mendengar kata apalagi mengingat kata-kata dengan jelas, tidak memahami arti kata-kata dan mengasosiasikan dengan situasi, dan lingkungan tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara atau mengembangkan kemampuan bicaranya. Banyak gangguan komunikasi terjadi sebagai akibat dari kondisi lain seperti gangguan belajar (learning disability), palsi serebral (cerebral palsy), keterbelakangan mental (mental retardation), celah bibir, atau celah langit-langit mulut.

IV. Daftar Pustaka

http://puterakembara.org/archives3/00000014.shtm


http://www.anakku.net/content/gangguan-bicara-berbahasa-dan-berkomunikasi

KOMUNIKASI, KOMUNIKASI EKSPLISIF, KOMUNIKASI IMPLISIF, dan TSD (tell, show, do) ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

KOMUNIKASI, KOMUNIKASI EKSPLISIF, KOMUNIKASI IMPLISIF,
dan TSD (tell, show, do)
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK




KELOMPOK 1:

A.A AYU RATIH STHITI 001/G/07
A.A AYU TRISNA JUNITA 002/G/07
PUTU AYU MARISA WULANDARI 003/G/07
PUTU EKA ASTARI 004/G/07
A.A MIRA WIJAYANI 005/G/07
VYNA INDRIYANTHI ADISASTRA 006/G/07
PUTRI INDRA DEWI DARSANA 007/G/07
NI MADE LISTYANTI 008/G/07
NI PUTU RISKAYANTI 009/G/07
BETY ARISANTI 011/G/07
NIKI NADIA MEYGAHYANA R. 012/G/07
PUTU PUTRA SWADHARMA 013/G/07
KOMANG SRI SUSILAWATI 014/G/07
DIAN KUSUMA RACHMAWATI 015/G/07
KADEK FRANSISKA KHARISMA O. 016/G/07
MADE ANASTASIA DWI CAHYANI 017/G/07
PANDE MADE MAHA PRASTHANIKA 018/G/07
MADE KURNIA WARDHANI 019/G/07
I.G.A.P OKA SULISTYAWATI P. 020/G/07



I GST. NGURAH AGUNG GDE DWIJA PUTRA 021/G/07
NI NYOMN AYU MAHESWARI 022/G/07
PUTU RIA PURNAMI 023/G/07
A.A GDE BAYU A.B. 024/G/07
I.G.A NGURAH IRMA CHINTYA DEWI 025/G/07
IDA AYU DWI CAHYANI PUTRI 026/G/07
MADE CHARISTA ADITYA SARI 027/G/07
PUTU ARYA SWETA WIJAYA 028/G/07
I PUTU PANDE SUMARDANA 029/G/07
ARYANI G. ABDULLAH 030/G/07
IDA AYU SUNDARI UTAMI 031/G/07
ADEVIA AYU RESTIANA 032/G/07
I NYOMAN GEDE JUWITA PUTRA 033/G/07
NI KETUT RENNY KARLINA S. 034/G/07
CITRA CINDRA NICHA T. 035/G/07
DESAK PUTU NOVITA DEWI 036/G/07
DWI RIZKA AGUSTIN 037/G/07
LUH ROSITA TRISNAWAN 038/G/07
I PUTU YUDI ARTHA KUSUMA 039/G/07




TEKNIK KOMUNIKASI DENGAN ANAK
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Menurut buku Pendidikan Kesehatan Gigi, komunikasi adalah suatu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita melalui suatu media antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami yang di dalamnya terdapat unsur sumber atau pengirim berita, pesan yang disampaikan, media atau alat, umpan balik, sasaran serta akibat.
Menurut Charles Cooley pada tahun 1909 dalam buku Kepemimpinan dan komunikasi, komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambing pikiran, bersama-sama dengan alat-alat untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegram, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasain ruang dan waktu.
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik, yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.
Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberikan perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.



Proses Komunikasi
Dalam proses komunikasi, komunikator, media, dan pesan yang disampaikan akan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sikap dari penerima pesan. Apabila komunikator mempunyai kredibilitas yang baik oleh penerima pesan, perubahan sikap akan mudah terjadi pada diri penerima pesan. Sebaliknya apabila komunikator dianggap kurang baik kredibilitasnya oleh penerima pesan, biasanya perubahan yang terjadi kemungkinan akan kecil sekali atau bahkan mungkin akan terdapat penolakan terhadap komunikator. Selain kredibilitas komunikator, terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi tingkat perubahan sikap penderita, seperti kekuatan, keatraktifan dan afiliasi kelompok.

Jenis-Jenis Komunikasi :
1. KOMUNIKASI EKSPLISIF (OBYEKTIF)
Komunikasi ekspilisit adalah komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal. Dalam hal ini, dokter gigi jangan membuat pertanyaan yang memaksa anak untuk memilih jawaban ya atau tidak, misalnya “mau, kan, kamu membuka mulut?”
Komunikasi Obyektif mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
Komunikasi Eksplisif (Objektif) merupakan komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal. Verbal communication merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan (Djoko Purwanto;1997). Seperti contoh berbicara dengan orang lain, menelepon kawan, presentasi makalah, membacakan puisi, membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Komunikasi verbal walaupun lebih kecil presentase keberhasilannya -bahkan menurut Ross hanya 35 %- dibanding komunikasi nonverbal, tetaplah dibutuhkan karena ada beberapa situasi yang tidak bisa disampaikan komunikasi kita secara nonverbal. Melalui komunikasi ini diharapkan orang akan memahami apa yang disampaikan komunikator secara apa adanya. Komunikan diharapkan membaca atau mendengar apa yang dikatakan.
Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Prakteknya, komunikasi verbal bisa dilakukan dengan cara :
Berbicara dan menulis. Umumnya untuk menyampaikan bussines message,orang cenderung lebih menyukai speaking (berbicara) ketimbang (writing ). Selain karena alas an praktis, speaking dianggap lebih mudah “menyentuh” sasaran karena langsung didengar komunikan. Namun bukan berarti pesan tertulis tidak penting. Untuk menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan memerlukan pemahaman dan pengkajian matang, diperlukan pula penyampaian writing. Semisal penyampaian bussines report. Sangat tidak mungkin jika hanya disampaikan dengan berbicara.
Mendengarkan dan membaca. Kenyataan menunjukkan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi ketimbang menyampaikan informasi. Dan aktivitas penerimaan informasi.pesan bisnis ini dilakukan lewat proses (listening) mendengarkan dan membaca (reading). Sayangnya, kenyataan juga menunjukkan, masih banyak di antara kalangan bisnis yang tidak memiliki kemampuan dan kemauan memadai untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan penting sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil yang tercerna dengan baik.
2. KOMUNIKASI IMPLISIF ( SUBYEKTIF )
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal ( bahasa), juga memakai kode implisit ( non verbal). Kode implisit ( non verbal) biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam ( silent language). Komunikasi implisit adalah informasi yang disampaikan secara non verbal seperti ekspresi wajah, tekanan suara, sentuhan tangan, ruang tunggu. Umumnya pasien anak-anak yang merasa cemas bentuk komunikasi non verbal sangat membantu
Kode implisit yang digunakan dalam berkomunikasi, sudah lama menarik perhatian para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari bidang kedokteran. Perhatian para ahli untuk mempelajari bahasa implicit diperkirakan dimulai sejak tahun 1873, terutama dengan munculnya tulisan Charles Darwin tentang bahasa ekspresi wajah manusia.
Hal menarik dari kode implicit adalah study Albert Mahradian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55%dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung percaya hal- hal yang bersifat non verbal.
Oleh sebab itu, Mark Knaff (1978) menyebut bahwa penggunaan kode non verbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk :
1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata- kata ( substitution)
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bias mengenalnya ( identity)
4. Menambah atau melengkapi ucapan- ucapan yang dirasakan belum sempurna.

Pemberian arti terhadap kode implicit sangat dipengaruhi oleh system social budaya masyarakat yang menggunakannnya. Misalnya meludah di depan orang dipandang oleh beberapa kelompok masyarakat di Asia sebagai perbuatan yang kurang terpuji. Tetapi pada suku Indian, di Amerika diartikan sebagai penghormatan, di Afrika sebagai penghinaan dan pada beberapa suku, di Eropa Timur dianggap sebagai lambing kesialan. Demikian juga halnya dengan kebiasaan mengeluarkan lidah, bagi orang Eropa dan Amerika diartikan sebagai lelucon atau ejekan, tetapi di beberapa suku tradisional di Papua Nugini dilambangkan seagai ucapan selamat datang.
Dalam kehidupan sehari- hari, kita sering kali di hadapkan pada hal- hal yang unik, seperti makin langkanya orang yang bias menganut prinsip satu kata dan perbuatan, makin banyak orang yang pintar bicara tetapi tidak disertai perbuatan yang sesuai dengan ucapannya. Ataukah kita sering dihadapkan pada sesuatu yang justru kontradiksi dengan persepsi kita. Misalnya orang cenderung menggunakan atribut tertentu justru untuk menipu orang lain.
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode implisit dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:
a. Kinesics
Ialah kode implicit yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-gerakan badan dapat dibedakan atas 5 macam yaitu:
1). Emblems
Ialah isyarat yang berarti langsung pada symbol yang dibuat oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jari V yang artinya victory(menang), mengangkat jempol yang berarti terbaik untuk orang Indonesia, tetapi terjelek bagi orang India.
2). Ilustrators
Ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu. Misalnya besarnya barang atau tinggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan.
3). Affect displays
Ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum, sinis dan sebagainya. Hamper semua bahasa di dunia melihat prilaku tertawa dan tersenyum sebagai lambang kebahagiaan, sedangkan menangis dilambangkan sebagai tanda kesedihan.
4). Regulators
Adalah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala, misalnya mengangguk tanda setuju, atau menggeleng tanda menolak.
5). Adaptory
Adalah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. Misalnya menggerutu, mengepalkan tinju ke atas meja, dan sebagainya.

Selain gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan, juga gerakan-gerakan kaki bisa memberi isyarat seperti halnya posisi duduk. Bagi masyarakat Amerika dan Eropa, posisi duduk dengan kaki menyilang di atas kaki yang lainnya atau berdiri sambil bertolak pinggang adalah hal biasa,tetapi bagi orang Indonesia hal ini dinilai sebagai perbuatan yang kurang sopan. Begitu juga halnya dengan memberi atau menerima sesuatu selamanya dilakukan dengan tangan kanan, tetapi bagi orang Eropa dan Amerika menerima dengan tangan kiri dianggap biasa saja
b. Gerakan mata
Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam member isyarat tanpa kata dan encerminan isi hati seseorang.
Mark Knapp dalam risetnya menemukan 4 fungsi utama gerakan mata:
1. Untuk memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya.
2. Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk bicara.
3. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan.
4. Sebagai pengganti jarak fisik.
c. Sentuhan (touching)
Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas 3 macam yaitu:
1. Kinesthetics
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain sebagai symbol keakraban atau kemesraan.
2. Sociofugal
Adalah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul.
3. Thermal
Adalah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yan begitu intim.
d. Diam
Sikap diam juga merupakan kode nonverbal yang mempunyai arti. Max Picard menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negative, tetapi bias juga melambangkan sikap positif.
3. KOMUNIKASI DENGAN ANAK MENGGUNAKAN KONSEP T.S.D (Tell,Show,Do)
Tell adalah memberitahukan anak tentang perawatan yang akan dilakukan.Penerangan tidak boleh diberikan terlalu panjang dan mendetail karena dapat membuat anak bingung dan dapat menimbulkan kecemasan.Penjelasan secara wajar,sederhana dan dapat dimengerti anak.
Show adalah unuk memperlihatkan beberapa bagian dari prosedur perawatan secara singkat,misalnya menunjukkan kaca mulut ,model gigi dengan tindakan perawatan.
Do adalah melakukan tindakan pada anak sesuai dengan yang diberitahukan dan perlihatkan
Teknik TSD rutin digunakan untuk memperkenalkan perawatan,biasanya pada kunjungan pertama.Oral prophylaxis dipilih sebagai perawatan yang mula-mula dilakukan untuk penerapan TSD.Tell-show-do melibatkan prosedur penjelasan verbal dalam kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak , demonstrasi visual, pendengaran, penciuman, dan taktil aspek prosedur didefinisikan dengan hati-hati, tidak mengancam pengaturan (show); dan kemudian, tanpa menyimpang dari penjelasan dan demonstrasi, penyelesaian prosedur (do).
Teknik ini digunakan dengan keterampilan komunikasi (verbal dan nonverbal) dan positifUntuk anak-anak, tantangannya adalah membuat "kirim" dimengerti, yang "show" non-mengancam, dan "melakukan" hanya sentuhan dan tekanan ringan. Menceritakan, cobalah untuk menggunakan analogi bahwa anak muda dapat mengerti. "Menghitung" gigi sambil mengucapkan angka (yaitu, "satu, dua, tiga") dapat menciptakan hubungan dengan kegiatan-kegiatan anak telah berpengalaman di rumah atau di taman kanak-kanakDalam menunjukkan, itu adalah ide yang baik untuk menutup titik pada instrumen tajam untuk menghindari menakutkan anak. Segera sebelum melakukan, sering kali membantu untuk menawarkan sebuah analogi untuk perasaan bahwa instrumen menciptakan, sekali lagi, memilih sesuatu yang jinak dalam konotasi dan di dalam pengalaman dasar anak khas zaman itu. Selingan biasanya verbal, dengan profesional kesehatan mulut berpose aliran pertanyaan tentang pakaian anak, mainan, hewan peliharaan, dan aspek-aspek lain hidupnya. Adalah penting untuk menyadari bahwa hal itu terserah pada Anda untuk menjaga pertanyaan datang dan memastikan anak tetap terganggu.
Teknik perawatan ini dapat dilakukan pada penderita autism yaitu salah satu cara pendekatan yang bias dilakukan dengan membangun kepercayaan antara dokter gigi dan pasien. Dengan kunjungan yang berulang dan pengenalan terhadap peralatan kedokteran gigi, dapat memfamiliriasasi pasien terhadap lingkungan. Hindari tindakan yang dapat menimbulkan rasa sakit pada penderita cacat, terutama penderita cacat yang mengalami gangguan mental.














DAFTAR PUSTAKA
Csngara,H. Hadied. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Hak Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2008
Effendy, Onong Uchjana. “Kepemimpinan dan Komunikasi”. Penerbit Alumni. Bandung, 1977.
Eliza, Herijulianti,dkk. “Pendidikan Kesehatan Gigi”. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007
Hayati, Retno. “Manajemen Anak pada Perawatan Gigi”. Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta, 2004.
http://open-university.co.cc/download/skom4101/m5.pdf
http://rayaudrey.multiply.com/reviews/item/8
http://one.indoskripsi.com/node/5539
http://gspotcom.blogspot.com/2009/05/perbedaan-komunikasi-verbal-dan-non.html
http://puterakembara.org/archives3/00000014.shtm
http://www.anakku.net/content/gangguan-bicara-berbahasa-dan-berkomunikasi